Sastra Lisan Nyambai
Salah satu satra lisan yang ada di masyarakat Lampung ialah nyambai. Nyambai sebagai salah satu kegiatan adat berupa penyampaian satra lisan, masih aktif dan digunakan di dalam kehidupan adat masyarakat Lampung. Masyarakat etnis Lampung berdasarkan pembagiannya terdiri atas masyarakat Saibatin dan masyarakat Pepadun, yang terbagi dalam beberapa wilayah. Masyarakat ada Lampung Saibatin mendiami wilayah adat: Labuhan Maringgai, Pugung, Jabung, Way Jepara, Kalianda, Raja Basa, Teluk Betung, Padang cermin, Cuku Balak, Way Lima, Talang Padang, Kota Agung, Semaka, Suoh, Sekincau, Batu Brak, Belalau, Liwa, Pesisir Krui, Ranau, Martapura, Muara Dua, Kayu Agung, Cikoneng di pantai Banten dan bahkan Merpas di Bengkulu (Ariyani, 2014: 10).
- Paksi Pak Sekala Brak (Lampung Barat)
- Bandar Lima Way Lima (Pesawaran)
- Marga Lima Way Lima ( Lampung Timur)
- Keratuan Melinting (Lampung Timur)
- Keratuan darah Putih (Lampung Selatan)
- Keratuan Komering (Provinsi Sumatera Selatan)
Pengertian Nyambai
Lampung beradat Saibatin memliki beragam budaya dan adat istiadat. Salah satu budaya di Lampung beradat Saibatin ialah nayuh. Nayuh menurut Hadikusuma (1994: 135) berasal dari kata tayuh yang bermakna suatu aktivitas yang dilaksanakan untuk mengadakan upacara adat perkawinan. Jadi istilah nayuh berkaitan dengan upacara adat khususnya perkawinan. Dalam upacara adat perkawinan Lampung Saibatin ada dua pesta adat (Imron, 2005: 51), yaitu nayuh balak dan bedu’a di lamban.
a. Nayuh balak adalah acara perkawinan besar-besaran yang dilaksanakan tujuh hari tujuh malam dengan menyembelih tujuh ekor kerbau. Pelaksanaan nayuh balak diputuskan pada rapat adat atau perwatin atas permintaan dan usul dari kesepakatan keluarga laki-laki. Rapat ini diadakan sebulan sebelum hari perkawinan.
b. Bedu’a di lamban adalah acara perkawinan adat yang sederhana. Acara dilakukan di dalam rumah sehingga tidak memerlukan tarup. Tradisi adat yang dilaksanakan pun sedikit.
Di dalam upacara perkawinan, nayuh, terdapat acara pendukungnya, yakni nyambai. Nyambai merupakan salah satu jenis folklor daerah Lampung, khususnya Lampung beradat Saibatin. Menurut Ningrum (2017: 1) nyambai adalah kegiatan kelompok berpasangan yang dilakukan oleh gadis (muli) dan bujang (meRanai) sebagai ajang pertemuan atau ajang silahturahmi untuk mencari jodoh. Pada masyarakat saibatin (pesisir), kehadirannya menjadi bagian dari rangkaian upacara perkawinan yang disebut dengan upacara Nayuh/Penayuhan. Upacara Nayuh/Penayuhan adalah upacara perkawinan adat besar-besaran yang diadakan oleh masyarakat Lampung yang beradat Saibatin/pesisir.
Nyambai menurut Daryanti (2010: 409) merupakan tradisi yang diajarkan secara turun-temurun, dari generasi ke generasi. Nyambai dalam upacara perkawinan adat Lampung Saibatin menjadi sangat penting karena menjadi identitas bagi masyarakat Lampung sendiri. Nyambai menjadi bagian penting dalam upacaya adat Nayuh balak. Nyambai menurut Peratin Pekon Sukabumi, Marwan (2019) ialah acara bujang-gadis bersilaturahmi yang merupakan salah satu kegiatan saat acara pernikahan atau nayuh. Secara etimologis Nyambai berasal dari kata sambai ‘tolong’ atau sambai-sambayan/sesambayan ‘setolong-tolongan/ tolongmenolong’. Tolong-menolong dalam hal ini bermakna saling menolong untuk menyukseskan rangkaian acara nayuh
Nyambai merupakan suatu kegiatan. Nyambai ialah salah satu kegiatan khas Lampung. Nyambai sebagaian budaya yang sangat melekat bagi masyarakat Lampung, terkhusus daerah Lampung beradat Saibatin. Wilayah Abung dan menggala memiliki tradinya yang serupa dengan nyambai, yaitu jagadamar sedangkan di wilayah adat Pubian tradisi serupa nyambai ialah kedayo. Sementara itu, orang Semende memiliki tradisi serupa nyambai ialah ningkuk (Hilal, 2019).
Nyambai adalah acara pertemuan khusus yang diselenggarakan untuk meRanai (bujang) dan muli (gadis) sebagai ajang silaturahmi, berkenalan, dengan menunjukkan kemampuan dalam menari dan berpantun. Nyambai diperkirakan lahir bersamaan dengan kebiasaan masyarakat untuk meresmikan gelar adat, pelaksanaanya diselenggarakan bersamaan dengan upacara perkawinan. Istilah Nyambai berasal dari kata cambai ‘sirih’. Sirih merupakan simbol keakraban bagi masyarakat Lampung pada umumnya.
Referensi:
NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA SASTRA LISAN NYAMBAI DAN PENGEMBANGANNYA SEBAGAI LKPD SASTRA LISAN LAMPUNG DI SMK (Tesis)
Oleh ERIKA OKTORA KESUMA AINI
Terima kasih telah membaca artikel ini & dipublikasikan oleh Bahasalampung.com
0 komentar:
Posting Komentar